Minggu, 17 Juli 2016

Mengenai arti simbol yang menjadi lencana kitab pustaka ini.

Awalnya tak pernah terpikirkan oleh saya membuat sebuah simbol lencana untuk kitab pustaka ini. Awalnya juga kitab pustaka ini sebelum disempurnakan menjadi seperti saat ini hanya memiliki sebuah logo dengan desain art yang berbau hiburan dan komersial. Namun semua itu pun berubah dan saya sepakat untuk menggunakan simbol berdesain religi sebagai lencana pengenal kitab pustaka ini. Ada tiga buah simbol lencana yang berbeda secara metamorfosis untuk kitab pertama, kedua, dan ketiga. Berbeda secara metamorfosis artinya jika ketiga lencana ini secara kolektif melambangkan serial dari trilogi kitab pustaka ini secara bertahap. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai simbol lencana untuk buku pertama kitab pustaka ini : (lihat gambar di atas)
Ada tiga lapis bangun segi dua puluh simetris dan konsentris seperti yang ditemukan pada bentuk  denah Candi Borobudur. Yah, desain simbol ini memang terinspirasi dari bentuk denah Candi Borobudur. Dari tiga lapis bangun segi dua puluh itu, lapisan terluar dinyatakan permanen dan akan kembali digunakan untuk desain simbol buku kedua dan ketiga. Lapisan terluar bangun segi dua puluh itu secara simbolik melambangkan kerajaan Aryanaga beserta isinya seperti yang diceritakan dalam buku. Oleh sebab itulah lapis terluar itu tidak akan berubah untuk desain simbol kedua dan ketiga.
Tiga lapis bangun segi dua puluh itu secara kolektif melambangkan sujud kepada tiga permata, yaitu: Buddha; Dharma; dan Sangha, sesuai hukum Buddhis yang ortodoks. Bangun segi delapan yang mengelilingi sebuah aksara kuno yaitu aksara Sanskerta Nagari bercorak Jawa kuno, melambangkan jika ajaran Buddha suci sudah berhasil memasuki kerajaan Aryanaga dan mulai berasimilasi seperti yang dibabarkan dalam cerita. Aksara kuno yang di tengah adalah aksara Sanskerta Nagari berbunyi “A” yang secara simbolik berarti awal. Ini bisa juga disamakan dengan konsep alfa dan omega dalam kontekstual orang barat. Aksara itu secara simbolik mewakili identitas dari kitab pustaka ini sebagai buku pertama dari serial triloginya.
Penggunaan simbol lencana ini menegaskan jika kitab pustaka ini terpisahkan dari bacaan biasa yang berbau hiburan semata. Saya sudah sepakat jika tidak perlu lagi mempermak aneka hiasan memikat sebagai tampilan luar untuk kitab pustaka ini, sebagaimana semua hiasan – hiasan itu sudah mempermak isi dalam kitab pustaka ini secara sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana juga hiasan untuk mempermak tampilan luar hanya sekadar buat mengelabui mata yang fana dan duniawi saja. Bagi saya, kitab pustaka ini sangat bernilai dan sudah setara dengan literatur religi Buddhisme sehingga mempersiapkannya dengan teramat sangat baik adalah kewajiban utama saya selama ini. Itulah akhir dari penjelasan saya tentang simbol lencana kitab pustaka ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar